Jumat, 17 Juni 2016

Terapi Bermain SOFTSKILL PSIKOTERAPI

Nama  : Yunita Eka M
Npm   : 19513603
Kelas  : 3PA14
Tugas softskill psikoterapi 4 ( terapi bermain)



Terapi Bermain
1.      Sejarah singkat perkembangan teori bermain
Bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus dari para ahli jiwa, karena terbatasnya pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak dan kurangmya perhatian mereka terhadap perkembangan anak. Salah satu tokoh yang dianggap berjasa untuk meletakkan dasar tentang bermain adalah seorang filsuf Yunani bernama Plato. Plato dianggap sebagai orang pertama yang menyadari dan melihat pentingnya nilai praktis dari bermain.
Bermain juga dapat digunakan oleh guru atau orang dewasa lainnya untuk membina hubungan dengan anak, karena selama bermain suasananya bebas maka anak merasa tidak takut-takut untuk bermain bersama. Hal ini sangat berguna untuk membantu membina hubungan dengan anak-anak yang sulit menyesuaikan diri, tapi perlu diingat agar suasana diciptakan sedemikian rupa sehingga anak tidak merasa dipaksa atau terpaksa. Kadang-kadang diperlukan beberapa kali pertemuan atau kegiatan bersama anak sampai anak merasa lebih bebas, relaks. Karena kegiatan bermain tidak akan muncul bila anak merasa asing dengan lingkungannya.
2.      Manfaat terapi bermain
Bermain dapat digunakan sebagai media psikoterapi atau “pengobatan” terhadap anak yang dikenal dengan sebutan terapi bermain. Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain perilaku anak akan tampil lebih bebas, dan bermain adalah sesuatu yang secara alamiah sudah terberi pada seorang anak. Untuk melakukan terapi ini diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.

3.     Fungsi bermain dalam perkembangan kompetensi diri
a. Bermain dapat merangsang perkembangan kognitif anak. Dengan bermain anak dapat menyelidiki lingkungan belajar tentang objek dan penyelesaian masalah
b. Bermain mempelancar perkembangan sosial anak. Khususnya dalam bermain fantasi dan   khayalan dengan bermain peran, anak belajar mengerti oranglain dan bermain peran yang akan diperankan apabila bertambah usianya.
c. Bermain memungkinkan anak menyelesaikan masalah emosi. Anak belajar mengetasi ketakutan, konflik dalam dirinya dengan situasi yang tidak mengancam.

4.    Permainan untuk memfasilitasi ekspresi diri dapat berupa bentuk-bentuk berikut:
1. Mainan kehidupan nyata. Boneka yang terdiri atas keluarga (ibu, bapak, anak), boneka rumah-rumahan, binatang peliharaan, atau tokoh kartun dapat menjadi media untuk mengekpresikan perasaan secara langsung. Terapis juga dapat menggunakan mainan keseharian seperti mobil-mobilan, alat masak memasak tiruan, kartu bergambar , atau kapal-kapalan untuk melihat pengalaman hidup klien.
2. Mainan pelepas agresivitas-bermain peran. Klien dapat mengkomunikasikan emosi yang terpendam melalui mainan atau materi seperti karung tinju, boneka tentara, boneka dinosaurus dan hewan-hewan buas, pistol dan pisau mainan, boneka orang, dan balok kayu.
3. Mainan pelepas emosi dan ekspresi kreativitas. Pasir, air, balok, atau lilin dapat menjadi sarana klien mengekspresikan emosi atau kreativitasnya.

Daftar Pustaka:
Tedjasaputra, S, Mayke. (2001). Bermain, mainan, dan permainan untuk pendidikan usia dini. Jakarta: PT Grasindo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar